Jumat, 25 Juli 2008

Jagung dan Atoin Meto

Sangatlah menarik bahwa salah satu Program duet Gubernur/Wagub NTT yang baru terpilih, Frans Lebu Raya dan Esthon Funay, yang didengungkan akhir-akhir ini adalah intensifikasi produksi tanaman Jagung. Saya menyambut gembira usulan ini namun saya sangat terusik dan bertanya dalam diri saya: " Apa saja yang selama ini telah dilakukan pemerintah di wilayah ini terhadap komoditas Jagung ini?" Kita seolah-olah terbangun dari tidur siang yang sangat panjang. Tanaman jagung bukanlah tanaman asing, bahkan menjadi makanan pokok masyarakat NTT, terutama orang Timor. Sangatlah ironis, bahwa program-program pemerintah di bidang pertanian selama ini, nampaknya telah mengabaikan fakta bahwa Jagung adalah tanaman potensial, yang benar-benar telah menyatu dengan budaya dan 'mati-hidup' Atoin Meto.

Fakta menunjukan bahwa program-program pembangunan masih banyak yang tidak berorientasi dan berakar pada permasalahan dan potensi wilayah dan masyarakat NTT. Sebut saja program-program spekulatif, ikut arus, seperti penanaman Jatropha, Pisang abaka(t), ubi kayu, Jangkrik, Burung onta, dan masih banyak lagi yang lain.

Sudah saatnya kita kembali, melakukan reorientasi dan revitalisasi strategi pembangunan dalam kerangka pemberdayaan ekonomi rakyat guna mewujudkan kesejahteraan yang hakiki, melalui strategi pembangunan yang benar-benar selaras dengan permasalahan dan potensi wilayah dan masyarakat. Satu hal lagi yang menggelitik saya; "Bagaimana dengan ternak, khususnya sapi dan Kuda Sumba? Bukankah NTT, khususnya Timor dan Sumba adalah gudang ternak?" Konon julukan ini semakin mendekat kepada kepudarannya. Bapak Wagub (salah satu tokoh kebanggaan Atoin Meto) yang adalah seorang Sarjana Peternakan, pasti dapat menjawabnya.