Senin, 28 November 2011

Undana Buka Prodi Kedokteran Hewan
Cikal Bakal FKH

Alfred Dama

http://202.146.4.119/read/artikel/40280/sitemap.html
Harian Pos Kupang, Jumat, 11 Desember 2009
pos kupang/alfred dama
Rektor Undana, Prof.Ir.Frans Umbu Datta, M.App, Sc, Ph.D didampingi Ketua PB PDHI, dr.Wiwik Bagja dan Plt.Setda NTT, Ir. Benny Ndoenboey pada Pembukaan Workshop Pendirian Prodi Kedokteran Hewan Undana di Kantor Pusat Undana, Selasa (8/12/2009)
Jumat, 11 Desember 2009 | 10:52 WITA


Prodi yang bernaung dalam Fakultas Peternakan (Fapet) ini merupakan cikap bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan (FKH). Tahun 2010, prodi ini akan menerima mahasiswa baru.

Demikian Rektor Undana, Prof.Ir.Frans Umbu Datta, M.App, Sc, Ph.D disela acara Workshop Pemantapan Prodi KDH dii Universitas Nusa Cendana bertempat di Ruang Rapat Rektorat-Kantor Pusat Undana, Selasa (8/12/2009).

Pembukaan Workshop tersebut dibuka oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya yang diwakili, Plt.Sekertaris Daerah (Setda) NTT, Ir. Benny Ndoenboey dan dihadiri Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), drh.Wiwik Bagja, Ketua Majelis PendidikanProfesi Kedokteran Hewan, Prof.drh.Ruastita, Seketaris Majelis PendidikanProfesi Kedokteran Hewan, Prof.drh. Bambang Pontjo dan Ketua Prodi Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya-Malang, Prof.drh.Pratiwu.

Umbu Datta dalam pembukaan Workshop tersebut mengatakan, Undana telah melakukan studi kelayakan pendirian Prodi Kedokteran Hewan dan berdasarkan hasil studi tersebut, pihaknya telah mengajukan proposal rencana pendirian prodi tersebut ke Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasinal. "Kita sudah mengirim proposal ke Dikti bulan Mei lalu, dan kita berharap ini bisa direalalasi," jelasnya.

Dijelaskan, kehadiran ketua Pengurus Besar PHDI dan Ketua Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan serta Ketua Prodi Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya merupakan bentuk dukungan berdirinya prodi kedokteran hewan di Undana yang selanjutnya akan menjadi FKH.

Dijelaskan, di NTT saat ini hanya ada 86 orang dokter hewan, sementara jumlah ternak besar mencapai 140 ribu ekor. "Kondisi ini berarti sebanyak 86 orang ini harus melayani 140 ribu hewan di NTT," jelas Umbu Datta. Bila kondisi demikian maka tidak semua hewan bisa teratasi dengan jumlah tenaga terbatas ini apalagi NTT saat ini sedang berupaya mengembalikan status sebagai gudang ternak.

Dijelaskan, di Undana sendiri sudah memiliki 17 orang dokter hewan yang akan menjadi dosen-dosen di Prodi Kedokteran Hewan serta didukung tenaga ahli lainnya yang relevan dengan bidang ilmu tersebut.

Plt.Setda NTT, Ir.Benny Ndoneboy pada kesempatan itu mengatakan pemerintah Propinsi NTT akan terus mendukung Undana untuk memajukan pendidikan di NTT. Dukungan pemerintah yang sudah dilakukukan antara lain pendirikan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pendirian Fakultas Kedokteran. Pemprop juga akan mendukung pendirikan Fakultas Kedokteran Hewan.

Ketua Pengurus Besar PDHI, drh.Wiwik Bagja mengatakan salah satu syarat pendirikan prodi kedokteran hewan adalah lembaga pendidikan tersebut harus memiliki Fakultas Kedokteran. Dan, hal ini telah dimiliki Undana.

Ketua panitia kegiatan ini, drh.Max Sanam, M.S dalam laporannya mengatakan Undana sebagai lembaga pengakaji dan pengembang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta penghasil sumber daya manusia berkualitas memiliki tanggung jawab moril untuk berperan mendidik dan mencetak sarjana-sarjana kesehatan hewan (dokter hewan) handal yang nantinya akan berkntribusi nyata dalam pembangunan bidang kehewanannya khususnya aspek kesehatan hewan.

"Peranan ini secara institusional diwujudkan dengan menginisiasi pembukaan prodi kedokteran hewan," jelas Max Sanam.(alf)


drh.Wiwik Bagja: Tahu Tapi Tidak Tahu

BANYAK orang yang seolah-seolah mengetahui banyak tentang kedokteran hewan. Tidak terkecuali para akademiisi yang mendalami ilmu peternakan, namun sebenarnya para ilmua tersebut tidak mengetahui apa-apa tentang kedokteran hewan. Yang paling mengetahui tentang kedokteran hewan hanyalah para dokter hewan.

Ungkapan drh.Wiwik tersebut membuka sambutannya pada Workshop Pemantapan Prodi KDH dii Universitas Nusa Cendana bertempat di Ruang Rapat Rektorat-Kantor Pusat Undana, Selasa (8/12/2009). Apa yang disampaikan Ketua Pengurus Besar PDHI ini langsung menarik perhatian.

Menurut Wiwik, pemahaman selama ini adalah kedokteran hewan hanya terkait dengan hewan pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan susu, telur dan daging saja. Padahal dalam kedokteran hewanh banyak sekali keilmuan dalam bidang hewan.

"Banyak anggapan bahwa kedokteran hewan untuk memenuhi kebutuhan pangan saja, padahal kedokteran hewan saja banyak kegunaan untuk kelangsungan hidup hewan. Di NTT ada binatang Komodo yang langka, itu memerlukan tenaga kesehatan hewan yang khusus untuk itu," jelasnya.

Dijelaskan, kedokteran hewan terbagi dalam lima bidang pertama, kedokteran hewan yang hanya menangani ternak pangan yaitu untuk menghasilkan telur, susu dan daging, kedua kedokteran hewan yang menangani hewan hobies yaitu hewan-hewan yang dipelihara di rumah karena hobi. Ketiga, kedokteran hewan yang menangani hewan Wild Life atau hewan-hewan yang diperliahra di cagar alam dan kebun binatang.

Keempat, kedokteran hewan yang menangani hewan air. Khusus untuk hewan air ini terbagi lagi yaitu hewan air untuk dimakan dan untuk peliharaan. Kelima, kedokteran hewan laboratorium yaitu dokter hewan yang melakukan penelitian dan pekerjaan di lab.

Menurutnya, kehadiran tenaga kesehatan hewan akan sangat membantu meningkatkan
Dijelaskan, kehadiran tenaga kesehatan hewan akan sangat membantu meningkatkan Pendapatn Asli Daerah (PAD). Ia menncotohkan di Jakarta, Pemda DKI memiliki rumah sakit hewan dan klinis hewan.

Setiap tahunnya, lembaga tersebut memberi sumbangan PAD sekitar Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar pertahun. Pendapatn pada umumnya dari hewan hobies. Kiranya ini bisa dilirik oleh Pemda NTT. (alf)

HARIAN Timor Express, KAMIS, 07 MAY 2009, | 296 (http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=32098)

Ancaman Wabah Penyakit Flu Babi di Indonesia
(Suatu Tinjauan Kritis Terhadap Upaya Pencegahannya)



Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc.
Dosen Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Peternakan Undana

Masyarakat internasional kembali terhentak dengan ancaman wabah virus flu babi (swine flu), sementara dalam saat yang sama ancaman wabah flu burung masih terus menghantui. Virus flu babi ini dilaporkan mewabah pertama kali di Meksiko dan menular ke beberapa negara bagian Amerika Serikat. Penularannya kemudian meluas ke beberapa negara eropa dan asia, termasuk Cina, Korea Selatan, Hongkong, dan Selandia Baru.

Publikasi data Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 4 Mei 2009, total 21 negara telah tertular virus ini (http://www.who.int/csr/disease/swineflu/). Jumlah korban terbanyak terjadi di Meksiko yakni 149 orang dilaporkan meninggal dunia dengan dugaan kuat akibat infeksi virus flu babi. Sedangkan di luar Meksiko, hanya tercatat satu kasus kematian yakni yang terjadi di Amerika Serikat.

WHO memberikan perhatian serius dan melakukan penyidikan yang intensif terhadap wabah virus flu babi ini. Dalam waktu yang relatif singkat, badan dunia in telah meningkatkan dan menetapkan kondisi wabah ini pada level 5 yang mengisyaratkan wabah telah meluas ke minimal dua kawasan dunia yang berbeda. Tinggal satu level lagi untuk mencapai level 6, tingkat tertinggi untuk mengisyaratkan keadaan pandemik; suatu situasi dimana wabah terjadi secara meluas di banyak negara di berbagai kawasan dunia. WHO menggambarkan situasi saat ini sebagai situasi darurat kesehatan masyarakat yang membutuhkan perhatian serius masyarakat internasional.

Respon berbagai negara
Kondisi wabah di Meksiko dan Amerika Serikat tersebut telah disikapi secara beragam oleh berbagai negara. Di Jepang, misalnya, manajemen bandara internasional telah memperketat pengawasan terhadap penumpang yang tiba dari Meksiko. Petugas karantina mengenakan masker hidung dan mulut saat mengaplikasikan alat pendeteksi suhu tubuh untuk mendeteksi para penumpang yang kemungkinan menderita demam dan gejala-gejala flu. Pemerintah Korea Selatan dan Taiwan juga menerapkan kebijakan dan prosedur yang sama.

Seluruh penumpang yang baru tiba dari Negara-negara terjangkit flu babi harus melewati pemeriksaan medis. Pemerintah Korea Selatan juga memerintahkan untuk mengkarantina daging babi import asal Meksiko dan Amerika Serikat. Pemerintah Rusia bahkan menerapkan kebijkan yang lebih keras lagi yakni melarang impor daging babi dari kedua Negara tersebut, dan sembilan negara Amerika Latin.

Pemerintah Indonesia sendiri juga telah bereaksi secara cepat dan cukup keras. Presiden SBY bahkan telah menginstruksikan untuk menghentikan sementara impor produk-produk babi dan hasil olahannya dari negara-negara tertular penyakit, terutama Meksiko dan Amerika Serikat. Di samping itu juga telah diinstruksikan pengawasan karantina secara ketat pada pintu bandar udara dan pelabuhan laut utama. Tak ketinggalan, alat detector suhu tubuh pun telah dioperasikan pada Bandara internasional Soekarno-Hatta.

Strain baru dan penularannya
Munculnya strain virus flu babi ini sebenarnya tidaklah mengherankan para ahli kesehatan, khususnya ahli mikrobiologi, karena telah diprediksikan jauh sebelumnya seiring dengan merebaknya wabah virus flu burung yang disebabkan oleh strain H5N1. Virus flu babi yang dikenal juga sebagai virus influenza babi (swine influenza) tipe A jenis strain H1N1 adalah strain virus yang diduga muncul sebagai campuran dari virus flu pada babi, unggas, dan manusia.

Pencampuran materi genetik virus hewan dan manusia ini memudahkan virus yang semulanya hanya berjangkit diantara hewan saja, sekarang memiliki kemampuan menjangkiti manusia dan berpeluang menimbulkan pandemi. Kasus pandemik influenza terparah terjadi dalam rentang tahun 1918 – 1919 dimana jutaan orang meninggal di seluruh dunia. Namun terkait dengan wabah influenza kali ini, WHO mengisyaratkan bahwa jika saja pandemik virus H1NI terjadi, kondisinya tidak akan separah pandemik di masa lalu mengingat perbedaan tingkat keganasan virus, status gizi, serta keberadaan layanan sarana dan prasarana kesehatan masa sekarang yang sudah jauh lebih baik.

Penyebaran virus flu babi pada orang sama dengan virus flu pada umumnya. Virus menyebar terutama dari orang ke orang melalui batuk ataupun bersin oleh penderita influenza. Kadangkala seseorang dapat terinfeksi karena bersentuhan dengan obyek yang sudah tercemar virus dan kemudian orang tersebut menyentuh hidung atau mulutnya. Virus sudah dapat ditularkan sehari sebelum penderita menampakkan gejala hingga hari ke tujuh atau lebih setelah muncul gejala sakit. Virus flu babi tidak ditularkan melalui makanan dan karenanya seseorang tidak dapat tertular flu babi akibat mengkonsumsi daging babi.

Gejala penyakit
Simptom atau gejala-gejala flu babi adalah sama dengan simptom penyakit flu biasa musiman (seasonal flu) yang meliputi demam, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri badan, sakit kepala, kedininginan, dan lemas. Beberapa pasien penderita flu babi dilaporkan mengalami diare dan muntah. Pada kasus yang berat dan dikategorikan sebagai kasus emergensi, gejala yang teramati berupa kesulitan bernafas atau nafas yang pendek, adanya rasa sakit pada dada ataupun perut, pusing secara tiba-tiba, ataupun muntah terus-menerus.

Pencegahan dan Pengobatan
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk melindungi seseorang dari penyakit flu babi. Namun, Central for Diseases Control (CDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Amerika merekomendasikan beberapa tindakan-tindakan sederhana praktis untuk mencegah penularan virus yang menyebabkan gangguan pernafasan tersebut. Tindakan-tindakan tersebut antara lain: Menutup hidung dan mulut dengan kerta tisu saat batuk ataupun bersin dan membuang tisu tersebut ke kotak sampah tertutup; mencuci tangan sesering mungkin dengan air hangat dan sabun, terutama setelah bersin atau batuk; hindari menyentuh mata, hidung, ataupun mulut karena virus masuk ke dalam tubuh dengan cara tersebut; hindari untuk kontak atau berdekatan dengan penderita; jika seseorang terinfeksi virus flu sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain agar tidak menyebarkan virus kepada orang lain baik di rumah, di sekolah ataupun di tempat kerja (http://www.cdc.gov/swineflu/swineflu_you.htm).

Selanjutnya, jika seseorang menderita sakit dan mengalami gejala-gejala influenza seperti dijelaskan di atas maka sangat disarankan untuk meminta penanganan medis kepada perawat ataupun dokter. Pengobatan harus dilakukan seawal mungkin. Untuk obat, WHO dan CDC merekomendasikan oseltamivir ataupun zanamivir untuk digunakan pada pengobatan ataupun pencegahan infeksi virus flu babi pada manusia.

Kasus flu babi pada ternak di Indonesia
Kasus influenza babi belum pernah dilaporkan di Indonesia, termasuk di dalam wilayah provinsi NTT. Swine influenza merupakan penyakit gangguan pernafasan pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini meskipun memiliki angka kematian rendah, hanya 1 – 4%, namun memiliki dampak ekonomi yang cukup besar terhadap industri peternakan babi. Pada babi, disamping menyebabkan gejala-gejala flu, penyakit ini juga menyebabkan penururan kesuburan dan bahkan keguguran pada induk babi. Data penelitian menunjukkan bahwa 30% hingga 50% babi komersial di Amerika Serikat pernah terinfeksi dengan virus flu babi. Bahkan, penelitian terbaru di Negara tersebut mengungkapkan bahwa 15% – 25% peternak babi, dan 10% dokter hewan sudah pernah terinfeksi dengan virus flu babi. CDC juga melaporkan bahwa wabah flu babi pernah berkecamuk di tahun 1976 yang menyebabkan lebih dari 200 orang menderita sakit, beberapa di antaranya sakit cukup serius, dan satu orang meninggal dunia.

Babi terinfeksi virus flu H1N1 dari ternak lain yang sakit, tetapi dapat juga terinfeksi oleh unggas (flu burung), dan dari manusia (flu manusia). Infeksi silang yang terjadi di antara ketiga species ini berpeluang untuk melahirkan tipe atau strain virus flu yang baru. Hal inilah yang dikhawatirkan terjadi dengan virus flu babi H1N1 yang saat ini mewabah di Meksiko dan Amerika Serikat dan banyak Negara lain di dunia. Secara tipikal, virus tersebut adalah virus H1N1 namun secara genetik telah mengalami perubahan atau mutasi sehingga virus menjadi lebih ganas dan lebih mampu menular di dalam populasi manusia.

Disorientasi penanganan ancaman wabah
Untuk mencegah mewabahnya virus flu babi ke dalam wilayah yang masih steril beberapa Negara, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, melarang impor produk-produk asal babi. Bahkan ironisnya, Mesir telah memusnahkan lebih dari 300 ribu ekor babi dengan tujuan mencegah masuknya virus ke dalam Negara tersebut- suatu strategi yang dikritik WHO sebagai tindakan yang keliru atau tidak tepat (inappropriate action).

Untuk menghindari salah-kaprah dalam penanganan wabah virus ini yang dapat berujung pada pemusnahan populasi babi secara berlebihan sehingga mengancam industri peternakan babi, maka WHO tidak lagi menggunakan istilah ‘virus swine flu’ (virus flu babi) tetapi menamai virus flu ini dengan menggunakan nama ilmiahnya yakni ‘virus influenza A H1N1’.

Di Indonesia, beberapa pemerintah daerah nampaknya lebih memfokuskan diri kepada permasalahan penyakit pada peternakan babi daripada penanganan terhadap ancaman wabah virus influenza H1N1 itu sendiri. Sejumlah pemerintah daerah kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah misalnya secara tegas melarang peternakan babi di dalam wilayahnya untuk mencegah penularan virus flu babi.

Sungguh ironis bahwa kebijakan pencegahan penyakit dilakukan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan aspek biologis, epidemiologis, dan ekonomis. Wabah virus H1N1 saat ini tidak lagi berhubungan dengan babi karena virus sudah secara mudah menular di antara orang. Cepatnya penularan ke wilayah Negara lain lebih disebabkan oleh mobilitas transportasi orang yang tinggi, dan bukan karena impor produk-produk asal babi, apalagi karena memakan daging babi.

Virus influenza H1N1 tidak ditularkan melalui konsumsi daging babi ataupun makanan lain. Kasus penderita flu babi pada orang di Selandia Baru, Hongkong, Cina dan banyak negara lain di dunia, ditemukan pada orang yang memiliki riwayat berkunjung ke negara tertular, khususnya ke Meksiko. Hal ini membuktikan bahwa virus H1N1 asal Meksiko dan Amerikan Serikat adalah ‘biang kerok’ dari wabah flu babi di dunia saat ini yang penularannya harus dicegah atau diminimalisir melalui penerapan strategi yang benar dan efektif dengan memperhatikan kaidah-kaidah biologis dan epidemiologis.

Bagi Indonesia, fokus pencegahan terhadap peluang masuk dan merebaknya virus H1N1 seharusnya lebih diarahkan kepada potensi penularan oleh orang terinfeksi meskipun harus diakui upaya preventif membendung masuknya virus dari luar dapat saja menuai kegagalan. Seorang pelancong yang telah terinfeksi virus H1N1 dapat saja menularkan virus tersebut sehari sebelum ataupun 7 hari setelah menunjukkan gejala sakit flu, dan gejala demam-nya tidak terdeteksi oleh alat detektor panas.

Terlepas dari potensi kegagalan tersebut, manusia haruslah tetap menjadi prioritas utama pencegahan dan penanganan penyakit karena mereka adalah species penular dan korban utama infeksi virus H1N1.

Meskipun saat ini Indonesia masih dinyatakan bebas dari penyakit flu H1N1, upaya-upaya kesiagaan dini yang bertumpu kepada peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat seharusnya sudah mulai digalakkan. Sosialisasi penyakit utamanya tentang cara-cara menghindari penularan perlu dirintis dan diintensifkan yang mencakup pembatasan mobilitas sosial bagi penderita flu, peningkatan pengetahuan higienis dan sanitasi, penyediaan dan pemakaian masker mulut dan hidung.

Sosialisasi seyogyanya dimulai dari kelompok yang lebih rentan, utamanya anak-anak sekolah mulai dari play group hingga sekolah dasar dan menengah. Di samping itu, diperlukan perhatian serius dalam penyediaan obat-obat flu, serta perbaikan sarana dan prasarana kesehatan dalam kaitan menghadapi ancaman wabah influenza.

Meskipun babi bukan merupakan penular utama virus H1N1, namun mengingat sifat virus influenza yang mudah melakukan perubahan karena melakukan pencampuran materi genetik yang kemudian memunculkan varian virus baru maka upaya-upaya sanitasi dalam budidaya ternak babi perlu ditingkatkan. Populasi ternak tidak boleh terlalu padat dan ventilasi udara di dalam kandang harus diperhatikan agar pertukaran udara bersih berlangsung secara baik. Di samping itu, faktor mutu dan jumlah pakan juga harus diutamakan agar ternak dalam kondisi fit sehingga lebih resisten atau tahan terhadap infeksi virus.

Selanjutnya, kerjasama proaktif antara peternak dan petugas kesehatan hewan perlu dikembangkan. Kondisi ini tidak saja akan memudahkan bantuan teknis kesehatan namun juga memungkinkan penanganan dini terhadap kasus penyakit. Sudah tentu kerjasama dan koordinasi lintas sektor perlu dirajut untuk memadukan arah dan langkah pengendalian penyakit yang melibatkan manusia dan hewan ini.

Pada akhirnya, hampir dapat dipastikan bahwa ancaman wabah penyakit menular, termasuk virus flu influenza H1N1, dengan intensitas yang beragam, akan terus mengintai dan mengancam kehidupan umat manusia. Kita mungkin akhirnya akan memutuskan untuk hidup berdampingan dengan mikroorganisme penyebab penyakit tersebut. Namun, yang terpenting adalah manusia dengan kemampuan akal budi, ilmu dan teknologi mampu mencegah atau bahkan mengendalikan dampak negatif dari keberadaan dan ancaman mikroorganisme patogen di sekitar lingkungan kita.**

Kamis, 17 November 2011



PRINSIP-PRINSIP DASAR MIKROBIOLOGI

1. PENDAHULUAN

Umumnya dalam benak orang awam, kata-kata seperti kuman, mikroba, ataupun mikroorganisma diartikan sebagai sekelompok makhluk kecil yang sulit untuk dikelompokkan ke dalam sistim klasifikasi makhluk hidup. Masih juga tersisa pertanyaan: “ Apakah mereka itu hewan, tumbuhan, ataukah mineral?”. Mikroorganisma sesungguhnya adalah organisma-organisma hidup yang sangat kecil, yang secara individu terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Kelompok tersebut terdiri atas bakteri, fungi (yeast dan jamur) protozoa, dan alga mikroskopis. Mikroba juga meliputi virus, organisma non-seluler yang kadang dianggap sebagai makhluk di antara benda hidup dan mati.

Kita cenderung menghubung-hubungkan makhluk-makhluk yang sangat kecil ini dengan hal-hal yang merugikan, seperti penyakit AIDS, Anthrax, ataupun kerusakan-kerusakan yang terjadi pada bahan makanan. Akan tetapi sesungguhnya mikroorganisma memainkan peranan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan penghuni bumi ini, yaitu dengan membantu menjaga keseimbangan organisma hidup dan zat-zat kimia dalam lingkungan kita. Mikroorganisma laut dan air tawar membentuk basis bagi rantai makanan di laut, danau, dan sungai. Mikroba tanah berperan membantu mengurai limbah (sampah) dan mengubah gas nitrogen udara menjadi senyawa nitrogen organik; karenanya membantu mendaur-ulang elemen-elemen kimia di dalam tanah, air, dan udara. Beberapa bakteri dan alga berperan penting dalam proses fotosintesis; suatu proses produksi oksigen dan energi yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Manusia dan banyak hewan yang lain (terutama golongan ruminansia) bergantung pada bakteri di dalam usus atau lambung mereka untuk mencerna (digesti) dan sintesis beberapa vitamin yang dibutuhkan tubuh, antara lain vitamin B untuk metabolisme, dan vitamin K untuk pembekuan darah.

Mikroorganisma juga memiliki nilai aplikasi komersial. Mereka sering digunakan dalam pembuatan produk-produk kimiawi seperti acetone, asam-asam organik, enzym, alkohol, dan banyak obat-obatan. Industri bahan makanan sering pula menggunakan mikroba untuk memproduksi cuka, acar, minuman beralkohol, kecap, keju, yoghurt, dan roti.

Belakangan ini, dikembangkan suatu teknologi memanipulasi bakteri dan mikroba lain untuk menghasilkan bahan-bahan tertentu yang secara normal/konvensional tidak dapat disintesis oleh mikroba bersangkutan. Melalui teknologi ini, yang dikenal luas sebagai teknologi rekayasa genetika. Bakteri dapat menghasilkan bahan-bahan terapikal (pengobatan) seperti insulin, hormon pertumbuhan, dan interferon.

Meskipun hanya sekelompok kecil mikroorganisma yang bersifat patogen (menimbulkan penyakit) pengetahuan praktis tentang mikroba sangat dibutuhkan bagi ilmu-ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait dengan kesehatan. Sebagai contoh; seorang pekerja rumah sakit harus mampu untuk melindungi pasien dari bakteri-bakteri yang secara normal tidak membahayakan (harmless) namun memiliki potensi untuk mengancam jiwa pasien yang sakit atau terluka.

Kita dapat memahami bagaimana konsep-konsep mikrobiologi sekarang ini dibangun dan dikembangkan dengan mellihat pada beberapa peristiwa sejara penemuan mikrobiologi di masa lampau yang telah merubah kehidupan kita.

2. Kompetensi khusus

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat:

1. Mengenal sistem klasifikasi makhluk hidup terkini

2. Mengidentifikasikan kontribusi Anton van Leewenhoek, Robert Hooke, Louis Pasteur, Robert Koch, Joseph Lister, Alexander Fleming, dan Edward Jenner kepada Mikrobiologi.

3. Membandingkan teori spontaneous generation dan biogenesis.

4. Mengenal tata penamaan genus ilmiah dan epitet khusus.

5. Menyebutkan dan menguraikan kelompok-kelompok organisma utama yang dipelajari dalam mikrobiologi.

6. Menyebutkan sekurang-kuarangnya empat kegunaan dari mikrobiologi.

7. Mendefinisikan immunologi, ekologi mikroba, genetika mikroba, fisiologi mikroba, biologi molekular dan virologi.

8. Memahami aplikasi dari DNA rekombinan, bioteknologi, dan bioremediasi.

3.1. Kegiatan Belajar

4.1. Uraian

Klasifikasi Makhluk Hidup: Tiga Domain Makhluk Hidup

Pengklasifikasian makhluk hidup telah mengalami perubahan beberapa kali. Klasifikasi yang pertama mengelompokkan makhluk hidup ke dalam dua kategori sederhana, tumbuhan dan hewan. Ketika mikroskop ditemukan pertengahan abad ke-16 yang memampukan untuk pengamatan mikroorganisme, maka makhluk hidup dikelompokkan lagi ke dalam tiga kategori yakni hewan, tumbuhan, dan protista (mikroorganisma). Sistem ini berlaku dari sekitar tahun 1866 hingga 1960-an. Dari tahun 1960-an hingga 1970-an diterima konsep klasifikasi baru yang diusulkan oleh Robert Whittaker, yakni makhluk hidup dikelompokkan ke dalam lima kingdom: Monera (bakteri), Protista (alga dan protozoa), tumbuhan, fungi, dan hewan. Dasar klasifikasinya adalah tipe sel (prokariotik atau eukariotik), level organisasi sel (tunggal atau jamak), dan tipe nutrisional ( heterotrof atau autotrof).

Berbeda dengan sistem klasifikasi terdahulu yang lebih mendasarkan pada karakteristik morfologis dan fenotipe dari sel, sistem klasifikasi saat ini adalah didasarkan atas kerja Carl R Woese dari the University of Illinois. Woese memanfaatkan kemajuan pengetahuan di bidang molekular sel untuk mendasari sistim klasifikasinya pada sekuensi RNA ribosomal (rRNA) pada 16S ribosom prokariotik, dan 18S ribosom eukariotik.

Menurut sistem klasifikasi yang telah diterima secara luas ini, makhluk hidup ditempatkan ke dalam tiga kelompok atau domain: Archae, Bakteri, dan Eukarya. Rincian pengelompokan makhluk hidup ke dalam tiga domain tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bakteri (dinding sel mengandung kompleks protein-karbohidrat yang dinamakan peptidoglikan)

2. Archae (dinding sel, jika ada, tidak mengandung peptidoglikan)

3. Eukarya, yang terdiri atas organisme berikut:

- Protista (jamur lendir, protozoa, dan alga)

- Fungi (yeast sel tunggal, jamur multiseluler, dan mushroom)

- Tumbuhan (lumut, tanaman pakis/paku, tanaman kayu/conifera, tumbuhan bunga)

- Hewan (spongifora, cacing, insekta, dan vertebrata)

Diagram yang menggambarkan hubungan evolusioner ketiga domain makhluk hidup tersebut disajikan dalam Gambar 1. berikut ini.

Gambar 1. Tiga Domain Makluk Hidup



Pengelompokan Organisma dan Sistem Binomial

Species adalah kelompok organisme yang memilki kesamaan genetik dan karakteristik metabolik. Species-species yang memiliki hubungan kekerabatan terdekat dikelompokkan ke dalam genus, selanjutnya ke dalam famili, ordo, kelas, filum, dan kingdom. Organisma biasanya dirujuk kepada nama genus dan species-nya. Sebagai contoh, bakteri yang menyebabkan anthrax pada hewan dan manusia dinamai Bacillus anthracis, Bacillus adalah nama generik (genus) dan anthracis adalah nama spesifik (species). Nomenklatur sistem binomial ini diperkenalkan di abad ke-18 oleh Linnaeus.

Virus tidak diklasifikasikan menurut sistem Linnaeus sebab virus bukan sel dan tidak bereproduksi secara independen. Mereka dikelompokkan ke dalam famili atas dasar morfologi virion dan tipe asam nukleat. Pembagian lebih lanjut virus patogenik hewan dikaitkan dengan species hospes yang diserangnya dan penyakit klinis yang ditimbulkannya.

Observasi Pertama mikroorganisma dan Postulat Koch

Salah satu penemuan terpenting dalam sejarah biologi terjadi di tahun 1665 dengan bantuan sebuah alat mikroskop yang sangat sederhana. Seorang ahli Inggris bernama Robert Hooke, melaporkan kepda dunia bahwa unit struktur tekecil dari kehidupan adalah “kotak-kotak kecil”, yang dinamakan sebagai “sel”. Penemuan Hooke ini menandai dimulainya teori sel bahwa semua benda hidup tersusun atas sel.

Meskipun mikroskop buatan Hooke mampu melihat protozoa dan mungkin bakteri, ia memiliki kelemahan dalam tehnik pewarnaa, yang seharusnya telah memampukannya untuk melihat mikroba kecil dengan jelas. Ahli Belanda Anton van Leewenhoek adalah mungkin yang pertama menunjukkan mikroorganisma dengan bantuan lensa pembesar. Selama rentang tahun 1674-1723, ia menulis sejumlah surat kepada the Royal Society of London tentang keberadaan makhluk-makhluk kecil yang dinamai saat itu “animalkulus” yang dilihatnya menggunakan mikroskop lensa tunggal buatannya.

Sejak pengungkapan kehidupan mikroorganisma, yang sebelumnya tidak disadari keberadaannya, oleh Leewnhoek, maka masyarakat ilmiah, mulai tertarik untuk meneliti asal-muasal dari makhluk-makhluk kecil tersebut. Tercatat sejumlah teori yang dikemukakan sehubungan dengan hal tersebut. Kita mencatat teori “ spontaneous generation” oleh Francesco Redi (1668) maupun teori biogenesis oleh Rudolf Virchow (1858). Teori Biogenesis ini kemudian diperkuat oleh hasil-hasil eksperimen Louis Pasteur yang sekaligus meruntuhkan teori SG tersebut. Hasil penelitian Pasteur membuktikan bahwa mikroorganisma tidak dapat dimunculkan dari kekuatan-kekuatan mistik yang ada pada benda-benda mati. Namun sebaliknya, membuktikan bahwa mikroorganisma tersebut berasal dari mikroorganisma yang telah ada sebelumnya, seperti di air, udara, ataupun di benda-benda lain. Kita juga mengenal teori lain yang dikemukakan oleh Pasteur yaitu teori kuman sebagai agen penyebab penyakit (the germ theory of disease), yang menyatakan setiap penyakit infeksi pasti disebabkan oleh mikroorganisma. Teori ini selanjutnya menjadi basis bagi eksperimen Pasteur tentang vaksinasi kolera unggas (fowl cholera), anthrax, dan rabies.

Bersama dengan Pasteur, Robert Koch (seorang dokter Jerman) dianggap sebagai perintis mikrobiologi moderen. Setelah mengamati bacilli di dalam darah hewan yang mati karena anthrax, Koch mendemonstrasikan patogenisitasnya dengan menginjeksi sampel darah tersebut ke mencit yang kemudian mati dan di dalam limpanya yang membengkak ditemukan kuman bacilli anthrax (Bacillus anthracis). Dia berhasil mentransfer infeksi dari mencit ke mencit dan menemukan bacilli pada setiap mencit yang terinfeksi tersebut. Sebagai hasil dari pengamatan dan eksperimen ini, Koch memformulasi suatu prinsip bahwa untuk membuktikan suatu mikroorganisme sebagai penyebab dari suatu penyakit maka mikroorganisme tersebut harus selalu ada pada semua hewan atau individu yang sakit dan setelah diisolasi secara in vitro harus dapat menimbulkan penyakit ketika diinokulasi ke hewan yang peka. Selanjutnya mikroorganisme tersebut harus dapat diisolasi dan diidentifikasi kembali dari hewan yang terinfeksi tersebut. Prinsip inilah yang dikenal luas sebagai Postulat Koch (gambar 2.) Gambar 2. Diagram Postulat Koch


Era Emas Mikrobiologi

Hampir 60 tahun terhitung sejak penelitian Pasteur, telah terjadi ‘ledakan’ penemuan-penemuan baru dalam mikrobiologi. Rentang waktu dari tahun 1857 sampai 1914 dianggap sebagai masa keemasan dalam era mikrobiologi. Pada masa tersebut, penemuan-penemuan baru terutama yang dipelopori oleh Pasteur dan Koch, telah meneguhkan mikrobiologi sebagai sebuah science atau ilmu. Saat ini perkembangan mikribiologi terjadi dengan sangat pesat. Kita dapat melihat perkembangan mikrobiologi, dalam hal penemuan mikroba baru, tehnik identifikasi, tehnik pengendalian pertumbuhan, cara pencegahan dan pengobatan penyakit, dan bioteknologi.

Perkembangan Mikrobiologi Modern

Penemuan-penemuan mendasar selama era keemasan telah memberikan arah bagi penemuan-penemuan berikut yang sangat monumental di abad ke-20. Cabang baru mikrobiologi telah dikembangkan, meliputi immunologi dan virologi. Dan yang terbaru adalah perkembangan dalam serangkaian metode baru yang dinamakan teknologi rekombinasi DNA dan telah merevolusi penelitaian dan aplikasi-aplikasi praktis dari seluruh aspek mikrobiologi.

a. Immunologi

Immunologi adalah ilmu yang mempelajari imunitas atau kekebalan. Ilmu ini sesungguhnya berkilas balik kepada penemuan Edward Jenner akan vaksinasi di tahun 1798. Sejak itu, pengetahuan tentang sisten imunitas telah terakumulasi dan meluas secara depat pada abad ke-20. Vaksin sekarang telah tersedia untuk berbagai macam penyakit, termasuk cacar, polio, rubella, hepatitis B, dsb. Pada tahun 1960, interferon suatu substansi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh telah berhasil diidentifikasi. Interferon menghambat replikasi virus dan karenanya telah mendorong sejumlah besar penelitian ke penemuan akan terapi penyakit-penyakit viral dan kanker. Salah satu tantangan terbesar dalam abad ini bagi para pakar immunologi (imunologist) ialah mempelajari bagaimana sistem imunitas dapat distimulir untuk melawan HIV, suatu virus yang bertanggung jawab terhadap AIDS.

b. Virologi

Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus. Embrio terhadap ilmu-ilmu ini sesungguhnya dimulai di tahun 1892 dimana, Dmitri Iwanowski melaporkan adanya organisma yang menyebabkan penyakit mosaic pada tanaman tembakau dan organisma itu sangat kecil sehingga mampu menerobos alat penyaring bakteri. Pada saat itu Ia tidak sadar bahwa organisma yang masih dalam tanda tanya tersebut adalah sebuah virus sebagiamana yang kita kenal saat ini. Pada tahun 1935, Wendell Stanley menunjukkan bahwa organisma tersebut adalah virus mosaik tembakau (TMV) yang secara fundamental berbeda dengan mikroba lain. Penelitian Stanley tersebut memberikan dasar bagi studi tentang struktur dan komposisi kimia virus di kemudian hari. Sejak ditemukannya mikroskop elektron di tahun 1940-an, mikrobiologist mampu untuk mengamati struktur virus secara rinci, dan hingga kini sudah banyak yang diketahui tentang struktur dan aktivitas virus.

c. Teknologi Rekombinasi DNA

Satu paket metode yang dikenal sebagai teknologi rekombinan DNA, sesungguhnya memiliki 2 bidang ilmu yang berhubungan. Pertama, genetika mikroba, yang mempelajari mekanisme bagaimana mikroorganisma memperoleh sifat-sufat keturunannya. Kedua, bilogi molekuler, secara khusus mempelajari bagaimana informasi genetika disimpan dalam molekul DNA dan bagaimana DNA mengarahkan sintesis protein. Ilmu ini memiliki kilas balik kepada Oswald Avery, dkk di tahun 1948 yang meneguhkan peranan DNA sebagai materi keturunan (hereditas). Serta James Watson dan Francis Crick di tahun 1953 yang menemukan model struktur dan replikasi DNA.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut dan masih banyak lagi temuan yang lain, mikroorganisma sekarang dapat secara genetik direkayasa untuk menghasilkan sejumlah besar hormon dan bahan-bahan lain yang sangat diperlukan. Di tahun 1960-an Paul Berg mendemonstrasikan bahwa fragmen DNA asal hewan maupun manusia yang menyandi pembuatan protein-protein penting tertentu dapat direkatkan atau di-klon pada DNA bakteri. Hybrid yang dihasilkan dari proses penggabungan tersebut adalah suatu DNA rekombinan. Jika rekombinan DNA disisipkan pada bakteri, maka bakteri tersebut dapat menghasilkan sejumlah besar protein.

Ragam Mikroorganisma Patogen

Sebagian besar mikroorganisme yang ada di alam sejatinya tidak berbahaya kepada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Faktanya, banyak bakteri dan fungi memberikan kontribusi penting bagi aktivitas-aktivitas biologis yang terjadi di dalam tanah, air, dan saluran pencernaan hewan. Di sisi lain, mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit bagi hewan ataupun manusia dijuluki sebagi mikroorganisme patogen.

a. Bakteri

Mikroorganisme yang termasuk ke dalam Archaebacteria tidak memiliki kapasitas untuk menimbulkan penyakit pada hewan ataupun manusia. Sebaliknya, organisma (bakteri) yang tergolong Eubacteria cukup banyak yang bersifat patogen pada hewan dan manusia.

Bakteri merupakan organisma ber-sel tunggal, memiliki struktur relatif lebih sederhana dibanding sel eukariotik (bandingkan dengan eritrosit). Bakteri berukuran sangat kecil, panjang sel hanya 0.5 - 5 µm. Materi genetiknya tidak diselubungi oleh membran inti khusus. Karenanya bakteri dinamakan prokariota, yang berasal dari kata Yunani yang berarti prenukleus.

Sel bakteri memiliki tiga bentuk dasar, yaitu Bacillus (bentuk seperti batang), Coccus (sferikal atau ovoid) dan Spiral adalah bentuk-bentuk bakteri yang paling umum, namun beberapa bakteri berbentuk seperti bintang ataupun kubus. Sel-sel bakteri secara individu dapat saja berpasangan, berantai, membentuk kluster-kluster. Formasi-formasi tersebut menunjukan karakteristik dari species bakteri tertentu.

Mayoritas bakteri dapat tumbuh pada media buatan yang cocok; beberapa bakteri membutuhkan suplemen pertumbuhan khusus dan kondisi-kondisi atmosfir tertentu untuk menunjang pertumbuhannya. Dua kelompok bakteri kecil, rickettsiae dan chlamydiae, yang tidak mampu tumbuh pada media buatan, memerlukan sel-sel hidup untuk dapat tumbuh secara in vitro.

Gambar 3. Gambar diagramatik Bakteri, Virus, dan Fungi


Dinding sel bakteri tersusun terutama oleh substansi khusus yang dinamakan peptidoglikan (sebagai pembanding, dinding sel tanaman tersusun oleh selulosa). Bakteri umumnya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua sel anakan; proses ini dikenal dengan pembelahan biner (binary fission). Untuk nutrisinya, sebagian besar bakteri menggunakan bahan-bahan kimia organik, yang di alam dapat diambil dari organisma lain yang mati ataupun organisma hidup lainnya. Beberapa bakteri mampu memproduksi makanan sendiri dengan cara fotosintesis, sementara bakteri lain memperoleh bahan makanan dari bahan-bahan anorganik.

b. Fungi

Yeasts, moulds dan mushrooms termasuk ke dalam kelompok besar eukariota non-fotosintetik, disevut fungi. Fungi dapat berupa uniselular ataupun multiselular. Fungi multiselular membentuk struktur mikroskopis menyerupai benang (filamen) dan dinamakan

moulds; sementara yeast adalah fungi uniselular, berbentuk bulat atau oval dan memperbanyak diri dengan cara pertunasan (budding). Pada moulds, selnya berbentuk silindris dan melekat secara ujung ke ujung, membentuk hyphae bercabang (Tabel...). Karakteristik utama dari fungi adalah kemampuannya untuk mensekresikan enzym yang dapat mencerna bahan-bahan organik. Ketika lingkungan menjadi lembab dan kondisi lingkungan lain mendukung, fungi dapat mendegradasi sejumlah besar substrat organik. Sejumlah kecil yeast dan mould bersifat patogenik bagi manusia dan hewan. Beberapa jenis fungi menginvasi jaringan sementara yang lainnya menghasilkan substansi toksin yang dikenal sebagai mikotoksin, yang jika ada pada bahan biji-bijian dan kacang-kacangan, dapat menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan.

Fungi sejati memiliki dinding sel yang tersusun dari chitin. Bentuk fungi uniseluler adalah Yeast, merupakan mikroorganisma berbentuk oval yang berukuran lebih besar dari bakteri. Fungi yang paling tipikal adalah dikenal sebagai mold. Mold membentuk miselia yang meruapakan filamen panjang bercabang dan saling memotong (intertwine). Pertumbuhan seperti kapas yang sering terlihat pada roti dan buah. Sesungguhnya merupakan miselia dari mold itu sendiri. Fungi dapat bereproduksi dengan cara aseksual maupun seksual. Jamur memperoleh makanannya dengan cara menyerap larutan bahan-bahan organik dari lingkungannya; yang dapat berupa air, tanah, hewan, ataupun tanaman.

c. Protozoa

Protozoa adalah eukariota bersel tunggal. Mereka termasuk dalam Kingdom Protista. Protozoa diklasifikasikan menurut cara pergerakannya (lokomosi). Amoeba misalnya bergerak dengan cara menjulurkan sitoplasmanya yang dinamakan pseudopodia(kaki palsu). Protozoa lain memiliki flagella ataupun sejumlah bulu-bulu getar pendek yang dinamakan silia. Protozoa memiliki banyak ragam atau bentuk dan hidup bebas atau berparasit (organisma yang memperoleh makanannya dari hospesnya yang hidup). Dalam kehidupan sebagai parasit, protozoa menyerap ataupun mencerna senyawa-senyawa organik dari lingkungannya. Protozoa berkembang biak secara aseksua dan seksual.

d. Alga

Alga merupakan eukariota fotosintetik yang memiliki banyak bentuk dan bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Dinding sel alga, seperti halnya dengan tanaman, tersusun dari selulosa. Mereka banyak ditemukan hidup bebas dalam air, air laut, di dalam tanah, dan di dalam asosiasi dengan tanaman. Sebagai organisma yang berfotosintesis, alga memerlukan cahaya dan udara untuk menghasilkan makanan dan pertumbuhan., namun mereka umumnya tidak memerlukan senyawa organik dari lingkungan. Sebagai hasil fotosintesis tersebut, alga mengahiskan oksigen dan karbohidrat, yang kemudian digunakan oleh organisma lain, termasuk hewan dan manusia. Thus, alga memainkan peranan penting dalam menjaga kesetimbangan alam.

Beberapa alga menghasilkan pigmen yang menyebabkan pewarnaan pada permukaan air yang mengandung massa alga tersebut. Ketika suhu air meningkat, pertumbuhan alga meningkat secara drastis yang memicu produksi toksin berlebihan yang kemudian terakumulasi di dalam hewan akuatik di daerah tersebut.

f. Virus

Virus sangat berbeda dari mikroorganisma lain yang telah disebutkan sebelumnya. Virus berukuran sangat kecil dan karenanya hanya dapat terlihat dengan mikroskop elektron. Virus bahkan berukuran lebih kecil daripada bakteri, berdiameter 20 nm to 300 nm. Virus tidak bersifat seluler. Secara struktural, virus sangat sederhana; sebuah partikel virus mengandung sebuah core (inti yang tersusun atas satu jenis asam nulkeat yaitu DNA atau RNA saja. Core tersebut dikelilingi oleh sebuah selubung protein yang dinamakan capsid. Kadang-kadang selubung tersebut dilapisi lagi oleh sebuah membran tambahan yang terbuat dari lemak yang dikenal sebagai amplop. Meski memiliki struktur sederhana, virus memiliki bentuk yang beragam; bentuk sferik atau bulat, bentuk seperti peluru, atapun bentuk yang tampak memanjang.

Semua sel hidup memiliki DNA dan RNA, dan mampu melaksanakan reaksi-reaksi kimia maupun bereproduksi sebagai unit-unit yang mandiri. Oleh karena tidak memiliki struktur dan enzym yang penting untuk metabolisme dan reproduksi secara independen, virus hanya dapat memperbanyak diri di dalam sel hidup. Thus, virus merupakan parasit dari organisma lain yang hidup. .Baik sel prokariotik maupun eukariotik dapat terinfeksi oleh virus. Virus yang menginfeksi sel-sel bakteri disebut bakterifage (bacteriophages). Virus patogenik yang menginfeksi manusia ataupun hewan dapat menimbulkan penyakit seirus karena menginvasi dan menghancurkan sel. Beberapa jenis virus berperan bagi terjadinya tumor ganas pada manusia dan hewan.

5. Penutup

Mikroba atau kuman atau yang dikenal juga mikroorganisma adalah organisma-organisma hidup yang sangat kecil, yang secara individual terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ragam mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, fungi (yeast dan jamur) protozoa, dan alga mikroskopis serta virus.

Mikroba tidak semata-mata menyebabkan dampak negatif berupa penyakit dan kerusakan bahan makanan tetapi juga memainkan peranan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan penghuni bumi, yaitu dengan membantu menjaga kesetimbangan organisma hidup dan zat-zat kimia dalam lingkungan kita. Mikroorganisma juga memiliki aplikasi komersial. Mereka sering digunakan dalam sintesis produk-produk kimiawi seperti acetone, asam-asam organik, enzym, alkohol, dan banyak jenis obat. Industri bahan makanan sering menggunakan mikroba untuk memproduksi cuka, acar, minuman beralkohol, kecap, keju, yoghurt, dan roti. Belakangan ini, dikembangkan suatu teknologi rekayasan genetika yang memanipulasi bakteri dan mikroba lain untuk menghasilkan bahan-bahan tertentu yang secara normal tidak dapat disintesis oleh mikroba bersangkutan. Melalui teknologi ini, bakteri dapat menghasilkan bahan-bahan terapikal(pengobatan) seperti insulin, hormon pertumbuhan, dan interferon, dan bahan-bahan industri/komersial lainnya.

Perkembangan studi mikroorganisma yang diawali dengan penemuan mikroskop oleh Van Leeuwanhoek mengalami perkembangan yang signifikan di jaman Louis Pateur, Robert Koch. Era perkembangan mikrobiologi moderen ditandai dengan perkembangan di bidang imunologi, virologi, dan rekayasa genetika.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi dalam modul ini.

Rumus:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100%

6

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

≤ 69% = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan modul berikutnya. Tetapi kalau kurang dari 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Tes Formatif

  1. Apa yang dimaksud dengan mikroba atau mikroorganisma, dan mikrobiologi
  2. Sebutkan dan uraikan klasifikasi makhluk hidup menurut Carl R Wooese
  3. Sebutkan dan Jelaskan secara singkat ragam atau cakupan mikroorganisma
  4. Jelaskan tentang Postulat Koch secara urut dan lengkap
  5. Sebutkan dan jelaskan perkembangan atau capaian dalam era mikrobiologi moderen
  6. Sebutkan dan jelaskan secara singkat dampak negatif maupun manfaat dari mikroorganisma

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Mikroorganisma atau mikroba adalah organisma-organisma hidup yang sangat kecil, yang secara individu terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan hal-ikhwal mikroba.

2. Makhluk hidup ditempatkan ke dalam tiga kelompok atau domain: Archae, Bakteri, dan Eukarya. Pengelompokan makhluk hidup ke dalam tiga domain tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bakteri (dinding sel mengandung kompleks protein-karbohidrat yang dinamakan peptidoglikan)

2. Archae (dinding sel, jika ada, tidak mengandung peptidoglikan)

3. Eukarya, yang terdiri atas organisme berikut:

- Protista (jamur lendir, protozoa, dan alga)

- Fungi (yeast sel tunggal, jamur multiseluler, dan mushroom)

- Tumbuhan (lumut, tanaman pakis/paku, tanaman kayu/conifera, tumbuhan bunga)

- Hewan (spongifora, cacing, insekta, dan vertebrata)

3. Cakupan atau ragam mikroorganisma meliputi: Bakteri, fungi (yeast dan jamur) protozoa, dan alga mikroskopis, dan virus. Bakteri merupakan organisma bersel tunggal, memiliki struktur relatif sederhana, dan berukuran sangat keci. Materi genetiknya tidak diselubungi oleh membran inti khusus dan karenanya bakteri dinamakan prokariota; Fungi adalah eukariota; organisma yang selnya memiliki nukleus jelas dan mengandung materi genetik yang terselubung oleh amplop khusus (membran inti). Fungi dapat bersel tunggal (yeast) ataupun multiselular (mushroom atau jamur merang); Protozoa adalah eukariota bersel tunggal. Mereka termasuk dalam Kingdom Protista. Protozoa diklasifikasikan menurut cara pergerakannya (lokomosi); Alga merupakan eukariota fotosintetik yang memiliki banyak bentuk dan bereproduksi secara seksual maupun aseksual, berada dalam kingdom protista dan biasa bersifat uniselular; Virus berukuran sangat kecil, hanya dapat terlihat dengan mikroskop elektron. Virus tidak bersifat seluler, secara struktural, virus sangat sederhana; sebuah partikel virus mengandung sebuah core(inti yang tersusun atas satu jenis asam nulkeat yaitu DNA atau RNA saja.

4. Postulat Koch: untuk membuktikan suatu mikroorganisme sebagai penyebab dari suatu penyakit maka mikroorganisme tersebut harus selalu ditemukan pada semua hewan atau individu yang sakit. Mikroorganisme tersebut harus dapat disolasi dan ditumbuhkan secara in vitro, dan kemudian harus dapat menimbulkan penyakit ketika diinokulasi ke hewan yang peka. Akhirnya, mikroorganisme tersebut harus dapat diisolasi kembali dari hewan yang sakit atau terinfeksi tersebut.

5. Penemuan dan perkembangan di bidang mikrobiologi diawali dengan penemuan mikroskop, dan teori sel. Perkembangan mikrobiologi modern yang diawali pada abad 20 ditandai dengan serangkaian penelitian dan penemuan di bidang imunologi, virologi, yang memuncak dengan teknologi rekombinasi DNA.

6. Mikroorganisma dalam perspektif positif, berperan dalam proses kehidupan di alam, antara lain berperan penting dalam siklus karbon, oksigen dan nitrogen. Mikroorganism juga bermanfaat dalam aplikasi teknologi pangan karena menghasilkan enzim yang bermanfaat bagi peningkatan produktivitas dan kualitas. Mikroba dapat pula dieksploitasi untuk menghasil antibiotika untuk pengobatan penyakit infeksi. Namun dari sisi negatif, mikroba berperan dalam mempercepat tingkat kerusakan bahan pangan, menimbulkan penyakit pada makhluk hidup (sebagai patogen).

Daftar Pustaka

Quinn, P.J. and Markey B.K. 2003. Concise Review of Veterinary Microbiology. Blackwell Science UK

Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J. Donnelly, and F.C. Leonard. 2003. Veterinary Microbiology and Microbial disease. Blackwell Science UK.

Tortora, G.J., Funke, B.R. dan Case, Ch. L. 2007. Microbiology an Introduction 9th ed. Benjamin Cummings. San Fransisco.